Pages

Home » , , » Hubungan Tes Kebahasaan dengan Sifat Pengajaran Kebahasaan

Hubungan Tes Kebahasaan dengan Sifat Pengajaran Kebahasaan

    TES KEBAHASAAN

    C.    Hubungan Tes Kebahasaan dengan Sifat Pengajaran Kebahasaan
Tes kebahasaan yang dimaksudkan mengukur hasil belajar siswa hendaknya sesuai dengan sifat pengajaran bahasa yang dilakukan. Bagaimana wujud dan sifat tes sangat terikat pada sifat pengajaran bahasa yang dikenakan kepada siswa disekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, tes yang dilakukan dapat berbeda beda terutama jika sifat dan tujuan yang akan dicapai tidak sama.
Sifat pengajaran bahasa antara lain dapat ditinjau dari kedudukan bahasa yang diajarkan kepada siswa, apakah ia berupa bahasa ibu atau bahasa pertama, bahasa kedua, atau bahasa asing. sifat pengajaran bahasa pertama tentunya akan berbeda dengan sifat pengajaran kedua dan bahasa asing,khususnya jika mempertimbangkan lingkungan dan fungsi pemakaian bahasa tersebut bagi masyarakat tempat siswa bertempat tinggal.
Pengajaran bahasa jawa bagi anak-anak yang berbahasa ibu bahasa jawa tentunya akan berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia yang merupakan bahasa kedua. hal itu disebabkan anak-anak telah menguasai bahasa untuk keperluan komunikasinya baik yang bersifat reseptif maupun produktif, sedang bahasa Indonesia mungkin belum dikuasainya khususnya yang bersifat produktif. akan tetapi, semakin tinggi tingkat sekolah siswa juga karena ditopang oleh lingkungan, siswa akan dapat menguasai bahasa tersebut sebagaimana bahasa ibunya. dukungan lingkungan inilah yang kurang dimiliki dalam pengajaran bahasa asing, misalnya bahasa inggris untuk siswa Indonesia.
Perbedaan sifat dan kedudukan pengajran bahasa tersebut menuntut perbedaan tes kebahasaan bagi siswa pemelajar bahasa, khususnya yang menyangkut cakupan bahan dan tingkat kesulitan butir-butir tes. bahasa Indonesia bagi siswa sekolah lanjutan sudah lebih dikuasai, sehingga tes kebahasaan yang diberikan pun dapat mencakup bahan yang luas, kompleks, menyangkut masalah stye atau bersifat apresiatif, dan mencakup fungsi komunikatif bahasa secara lebih luas dan kompleks. hal yang demikian belum dapat dilakukan untuk tes bahasa asing karena pengetahuan kebahasaan dan tingkat keterampilan bahasa siswa dalam bahasa itu masih terbatas. oleh karena itu, tes kebahasaan yang diberikan lebih terbatas cakupananya dan tingkat kesulitan butir-butir soal mudah atau sederhana, baik yang mencakup struktur, kosakata, maupun yang menyangku penguasaan keterampilan berbahasa.
Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah lanjutan meliputi pengajaran tentang bahasa yang berkaitan dengan kompetensi linguistik, keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan tindak berbahasa (performance) atau yang menyangkut fungsi komunikatif bahasa, dan kesusastraan. pengajaran sastra menjadi bagian pengajaran bahasa Indonesia secara keseluruhan. oleh karena tujuan pengajaran bahasa ditekankan pada kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara baik dan benar, pengajaran kompetensi kebahasaan harusalah tidak bersifat disktriterisolasi, melainkan dalam kaitannya dengan performanci kebahasaan. dipihak lain, karena tujuan pengajaran satra ditekankan pada kemampuan berapresiasi, pengajaran sastra haruslah tidak semata-mata berupa pengajaran tentang sastra, melainkan yang bersifat membimbing dan memberi kesempatan untuk mengapresiasi karya sastra.
Menekankan tujuan pengajaran bahasa dan sastra seperti dikemukakan diatas membawa dampak logis terhadap tes pengukur keberhasilan belajar siswa. tes yang disusun hendaklah sesuai dengan tujuan pengajaran kebahasaan dan kesastraan yang hendak dicapai.


Share this article :

No comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blog DaSaBHuMi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger