Pages

SENANDUNG Si SAMPAH JALANAN

(karya Yulian D'rayez)


Kanan kiri mencari..
 Sambil menggenggam barang buangan
  Terus mengukir jalan menyuapkan makan
   Karena piring menanti untuk di isi


     Terdengar jelas suara musik pilu
     Mencoba berbuat hina demi keadaan
     Sedang jarum detik melaju dan berlari
     Kelak ingin jadi matahari
     Namun saatnya tenggelam mencoba relakan pergi



Tak mampu asa seseorang menghentikan tangis dunia ini
 Sedang beban lebih berat dari langka kaki
  Terus menjejaki jalanan
   Guna pengganti lapar yang tergenggam
    Lelah terisap tenaga dan darah
     Mencoba memecah kehidupan batu keras
      Tetap saja jadi belas
       Didalam kelam tersimpan secerca tanya disatu arah
        ” Berjalan di jalan Merdeka
          Atau di jalan Belanda aku ini ? ”


Analisis Bahasa Indonesia

CONTOH ANALISIS KESALAHAN KATA KATA YANG BERASAL DARI BAHASA KUNA


    
   Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta dijelaskan bahwa yang dimaksud kuna ialah kata kuna mengacu kepada kuno berasal dari bahasa jawa yang berarti
1.      Lama (dari jaman dahulu) ; dahulu kala, misalnya buku, buku peninggalan jaman dahulu, jaman dahulu kala, purbakala.
2.      Kolot ; tidak modern


Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa kuna ialah bahasa yang digunakan pada masa lampau atau jaman dahulu.

            Sajarah pertumbuhan bahasa Indonesia sangat erat hubungannya dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa yang kita angkat menjadi bahasa Nasional adalah bahasa Melayu.
Tetapi antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu tidaklah sama atau bahkan identik. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang telah diperkaya dengan berbagai unsur bahasa daerah dan bahasa Asing, sehingga ia telah menjelma menjadi suatu bahasa baru, yaitu bahasa Indoenesia.Kita tidak mungkin membicarakan bahasa Indonesia sekarang tanpa menyinggung bahasa kuna yang berakar dari bahasa daerah atau bahasa Asing itu. Bahasa yang satu erat kaitannya dengan bahasa yang lainnya. Bahasa itu saling berpenggaruh, dan memiliki hubungan timbal balik. Namun hubungan itu mempunyai dampak positif dan negatif. Positif dalam hal sumbangannya untuk memperkaya bahasa Indonesia, dan negatif dalam hal timbulnya interferensi antara kedua bahasa itu.Dalam hal bahasa Indonesia, ada pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing tidak berarti harus menutup diri, bahkan kata kata yang dipungut dari bahasa daerah atau bahasa asing itu dibina pengembangannya, suatu waktu ia kelak akan mantab.

Contoh contoh Pemakaian Kesalahan Kata – Kata yang Berasal dari Bahasa Kuna dan Analisisnya

1.     Takdir dan Nasib
Takdir berasal dari bahasa Arab yang berarti “ketetapan Tuhan, kektentuan Tuhan, keputusan Tuhan”. Takdir adaah suatu ketetapannya Tuhan yang tidak dapat diubah oleh manusia karena diluar kekuasaannya
Sedangkan nasib berasal dari bahasa Arab juga mengandung arti “apa yang terjadi atas seseorang yang sudah ditentukan oleh Tuhan”. Nasib dapat berubah.Contoh penjelasannya :
  1. Saya dilahirkan sebagai laki laki, sebagai orang Indonesia, berkulit hitam, dan hari kematian tiap manusia (Takdir)
  1. Saya miskin, saya bodoh, saya tidak punya (Nasib)
Jadi tidak tepat jika sesorang mengatakan “saya miskin karena nasib”. Padahal ia tidak berusaha untuk bekerja keras

2.     Sewenang-wenang dan tidak semena-mena
Kata sewenang-wenang diambil dari bahasa Jawa yaitu wenang yang artinya “Hak dan kekuasaan (untuk melakukan sesuatu)”. Sewenang-wenang artinya sesuka hati (tanpa mengindahkan hak orang lain)Tidak semena-mena diambil dari bahasa Sansekerta manas artinya “sebab”Tidak semena-mena arti yang sebenarnya dalah “tanpa sebab”Contoh penjelasannya :Laki laki itu berbuat semena-mena terhadap pamannya artinya laki laki itu berbuat sesuatu yang tidak baik terhadap pamannya tanpa sebab.Kesalahan yang sering dilakukan masyarakat Indonesia ialah kata sewenang-wenang sering dikatakan juga berbuat semena-mena, seharusnya tidak semena-mena

3.     Limbah
Kata limbah awalnya hanya hidup dalam bentuk perlimbahan yang artinya “bagian yang kerendahan di belakang dapur, dan semua air bekas cucian piring, dan sebagainya dibuangkanKesalahan yang dilakukan masyarakat Indonesia ialah kata limbah diterapkan untuk buangan barang barang yang tak terpakai. Misalnya, limbah pabrik artinya barang barang yang terbuang dari pabrik.

4.     Arwah-arwah
Kata arwah diambil dari dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab arwah merupakan bentuk jamak, sedangkan bentuk tunggal adalah ruh/roh.Contoh penjelasannya :Semoga arwah-arwah mereka diterima Tuhan disisi-Nya.Kalimat tersebut salah, seharusnyaSemoga arwah mereka diterima Tuhan disisi-Nya.Kesalahan yang sering dilakukan masyarakat Indonesia ialah menggunakan kata arwah-arwah, sebab kata arwah tidak perlu diulang untuk menyatakan jamak karena kata arwah itu sudah banyak terkandung ruh/roh.Selain itu juga terdapat beberapa kata pungut dari bahasa Arab berbentuk jamak, tetapi dalam bahasa Indonesia digunakan dalam bentuk tunggal. Contohnya ulama, anasir, kubur.

5.     Pirsawan
Pirsawan dipungut dari bahasa JawaBentuk dasarnya dari “pirsa” yang artinya tahuKata kerja dalam bahasa Indonesia ialah “memirsa”Contoh penjelasannya :“para pirsawan sedang berkumpul menyaksikan pertandingan sepak bola di televisi”Dalam bahasa Indonesia bentuk memirsa tidak berkembang. Kata pirsawan dan pemirsa sama-sama berarti “memirsa”, artinya orang yang me-….Dalam bahasa Indonesia dinyatakan oleh awalan pe-…. dan tidak boleh diakhiri dengan akhiran –wan yang berasal dari bahasa Sansekerta.Jadi bentuk “pirsawan” yang berarti orang yang menonton televisi sebaiknya diganti dengan kata “pemirsa”.

6.     Do’a
Dalam EYD telah ditetapkan bahwa tanda tanda diakhiri tidak lagi digunakan dalam penulisan kata kata Indonesia, misalnya titik dua di atas vocal, garis miring di atas huruf e (ekor), koma ain, koma wasla. Tanda tanda itu dianggap menghambat kecepatan penulisan kata sehingga ditetapkan agar tidak dipakai saja.Contoh penjelasannya :Do’a seharusnya doaAbdu’llah seharusnya Abdullah

7.     Paskasarjana
Kata paskasarjana salah, seharusnya pascasarjana. Kata pasca berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “sesudah” yang sama dengan bahasa Arab bakda.Contoh pembahasan :Kesalahan yang sering dilakukan masyarakat Indonesia ialah mengucapkan kata pasca menjadi paska. Bunyi C pada kata kata pasca bunyinya sama dengan kata caci, cuci, ciri. Jadi jangan diucapkan paska. Sedangkan kata pasca sendiri merupakan unsur yang tidak dapat berdiri sendiri seperti kata panca, dwi, tri, pra, swa, tan, non.

8.     Berpetualang
“saya ingin berpetualang ke Gurun Sahara”Kata berpetualang tidak tepat seharusnya bertualang.Bentuk dasar sebenarnya ialah “tualang”.Bertualang dapat diartikan :     1. Mengembara kemana-mana tak tentu tujuan;2. Melakukan pekerjaan secara tidak jujur.Orang yang melakukan pekerjaan tualang ialah petualang.Jadi berpetualang harus diganti dengan bertualang

9.     Menyubit
Menyubit merupakan bentukan dari bahasa daerah, seperti halnya bahasa Sunda, bahasa Jawa bentuk aktif kerjanya ialah :Cubit menjadi nyubitCari menjadi nyari            fonem /c/ pada awal kata dasar luluh diganti dengan bunyi nasal /n/Curi menjadi nyuriTetapi dalam bahasa Indonesia tidak. Fonem /c/ pada awal kata dasar tidak luluh dan awalan yang muncul adalah men-Jadi yang benar adalah mencubit, mencari, dan mencuri.

10. Laki
Kata laki diambil dari bahasa Jawa berarti “suami”Dalam bahasa Indonesia baku kata laki tidak sama maknanya dengan kata laki-laki. Laki berarti suami sedangkan laki-laki berarti pria.Contoh pembahasan :“Orang laki boleh masuk, orang perempuan tinggal di luar”.Kalimat diatas salah. Kalimat tersebut bukanlah kalimat bahasa Indonesia yang resmi melainkan dialek.Seharusnya, “pria dibolehkan masuk, dan wanita tidak”.

Tak Lagi



TAK LAGI

Semakin jauh dari rasa iba
Dan terjerumus dalam rasa ego yang
luar biasa
akan sosok kehidupan duniawi.....
Tak lagi tentang cinta
Tak lagi tentang kisah romantis

Tak lagi tentang kerindu'an

Tak lagi tentang rasa sayang

Semua hanya tinggal kebencian yang mendalam...

Akan arti sebuah rasa kecewa


Sumber : https://www.facebook.com/groups/ExclusiveExecutiveClazz/

Tentu Manusia Bosan


orang berilmu dan beradap tidak akan diam di kampung halaman
tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang 
merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

biji emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan


sumber : https://www.facebook.com/groups/ExclusiveExecutiveClazz/

Dasabhumi Sambhara Budara

Dasabhumi
Sambhara Budara

Di Bumi Segoro
tubuh raksasa bertembok kekar tergolek
melambaikan aura molek
dari batu batu polesan Gunadharma
sedang 504 patung terus membisu
diantara sekat sekat tembok tua
gambaran pahatan tak hentinya menawarkan cerita cerita sejarah
kepada ribuan mata yang menatap kaku

Tapi sayang…
Parasmu yang melambangkan paramita
Terkoyak oleh otak otak penjajah Nusantara
Kini tak seperti dulu
Saat ketika kau terlahir perawan
Tapi biarlah…
Jejakmu kan tersimpan

sebagai 7 keajaiban duniaku

Doaku Kemarin

Doaku Kemarin

Allah….
Masih belum aku temukan dia
Yang tercecer dalam perjalananku lalu
Apa harus aku cari kembali
Api yang menjadikanku bangsa kuli ?

Allah….
Aku berhenti berdoa sekarang
Bukan karena aku tak sayang
Tidak….
Aku sendiri tak yakin dengan yang dihadapku
Dengan hidupku
Dengan pikirku
Dengan semua lagu hidupku yang mau jadi begini

Allah….
Sepanjang nafasku
Teteskan hujan di tanganku
Basahi jari jarinya

Hingga akhir ayunan kaki lelaki

MANTRA KIDUNG MARMATI (Kakang Kawah Adhi Ari-ari)




Proses dokumentasi     : tanggal 11 Januari 2012 / pukul 20.30

Objek yang dikaji        : Mantra Kidung Marmati (Mantra yang digunakan untuk memanggil roh kakang kawah adhi ari-ari / berasal dari Jawa Timur)


Narasumber / Penembang          
Pak Pri
(Dalang / tokoh masyarakatyang sangat memegang kuat budaya kejawen)












UNDANG-UNDANG TENTANG PRODUK HUKUM MANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL



DASAR
Pasal 2
 Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pasal 4

(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. (4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. (5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.(6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

JALUR PENDIDIKAN
Pasal 13
1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

BAHASA PENGANTAR
Pasal 33
 (1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. (2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu. (3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.



KURIKULUM
 Pasal 36
 (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.  (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.  (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 38
 (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah.
 (2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. (3) Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi. (4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
 Pasal 39
 Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

PENDANAAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu Tanggung Jawab Pendanaan
 Pasal 46

  1.  Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
  2. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan.

Bagian Kedua Sumber Pendanaan Pendidikan
Pasal 47

  1. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. 
  2. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Bagian Ketiga Pengelolaan Dana Pendidikan
 Pasal 48

  1.  Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Bagian Keempat Pengalokasian Dana Pendidikan
 Pasal 49
 (1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). (2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). (3) Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PENGELOLAAN PENDIDIKAN
 Pasal 50
 (1) Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab menteri. (2) Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. (3) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. (4) Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. (5) Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
 (6) Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di lembaganya.

PENGAWASAN
 Pasal 66
 (1) Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing.  (2) Pengawasan dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas publik.



Organisasi PERS



BAB II
PEMBAHASAN


A.     Hakikat Organisasi Pers
Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Organisasi pers di negeri ini sudah ada semenjak zaman penjajahan. Tercatat Inlandsche Journalisten Bond (IJB) yang berdiri pada tahun 1914 di Surakarta adalah organisasi pers yang paling awal berdiri. Pendiri IJB antara lain Mas Marco Kartodikromo, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Sosro Koornio, dan Ki Hadjar Dewantara. Selain IJB ada juga organisasi pers lainnya yaitu Persatoean Djoernalis Indonesia (PERDI) dengan tokoh-tokohnya antara lain Sutopo Wonoboyo, Sudarjo Tjokrosisworo, M Tabrani, Parada Harahap, Sjamsudin Sutan Makmur, dan lain-lain. Organisasi ini terbentuk pada tahun 1933.
Jumlah organisasi wartawan selama era reformasi tidak semuanya menunjukkan kualitas yang baik. Malah kalangan instansi pemerintahan swasta dan masyarakat ada yang berpandangan sinis terhadap aktivitas jurnalistik yang dicap tidak lagi menghormati hak-hak narasumber. Penampilan pers nasional/daerah pun banyak menuai kritik dan dituding oleh masyarakat. Sementara disisi lain banyak contoh kasus dan kejadian yang menimpa media massa, dan maraknya intimidasi serta kekerasan terhadap wartawan. Oleh karena itu Dewan Pers menetapkan standar organisasi wartawan yang berlaku secara nasional. Dari penelitian yang dilakukan Dewan Pers, hanya 4-5 organisasi wartawan yang memenuhi syarat, di antaranya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Dari banyaknya organisasi pers yang ada di Indonesia, 2 organisasi pers tersebut yang dianggap cukup “sehat” dan masih aktif hingga saat ini. Kedua organisasi pers ini dianggap sebagai wakil dari banyaknya organisasi pers yang ada. Karena walaupun sama-sama organisasi pers, namun keduanya “bersebrangan” dalam memegang azas-azas atau patokan dasar dalam kegiatan jurnalistiknya.
B. Fungsi Utama Pers.

1. Pers sebagai Informasi (to inform)
Fungsi pertama dari lima fungsi utama pers ialah menyapaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteri dasar: actual, akurat, factual, menarik atau penting, benar, lengkap, utuh, jelas-jernih, jujur adil, berimbang, relevan . bermanpaat dan etis.
2. Pers sebagai Edukasi (to educate).
Apa pun infromasi yang disebarluaskam pers hendaklah dalam kerangka mendidik (to educate). Seperti ditegaskan Wilbur Schramm dalam men, messages, dan media (1973), bagi masyarakat, pers adalah weatcher, teacher dan forum (pengamat, guru dan forum).
3. Pers sebagai koreksi ( to influence).
Kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolut.
4. Pers sebagai rekreasi (to intertain).
Fungsi keempat pers adalah meghibur, pes harus mampu memainkan dirinya sebagai wahan rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.
5. Pers sebagai mediasi (to mediate)
Mediasi artinya penghubung atau sebgai fasilatator atau mediator. Pers harus mampu menghubungkan tempat yang satu dengan tempat yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, orang yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan orang yang lain pada saat yang sama.
B.     Kondisi Organisasi Pers saat ini
Dari banyaknya organisasi pers yang ada di Indonesia, penulis mendapatkan 2 organisasi pers yang dianggap cukup “sehat” dan masih aktif hingga saat ini. Kedua organisasi pers ini adalah Persatuan Wartawan Indonesia dan Aliansi Jurnalis Independent. Kedua organisasi pers ini dianggap sebagai wakil dari banyaknya organisasi pers yang ada. Karena walaupun sama-sama organisasi pers, namun keduanya “bersebrangan” dalam memegang azas-azas atau patokan dasar dalam kegiatan jurnalistiknya.
1.      Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
PWI didirikan pada 9 Februari 1946 di Solo. Munculnya PWI diwarnai aspirasi perjuangan para pejuang kemerdekaan, baik mereka yang ada di era 1908, 1928 maupun klimaksnya 1945. Selain itu, tanggal 9 Februari juga di peringati sebagai Hari Pers Nasional (HPN). Boleh dikatakan, PWI sangat dekat dengat dengan rezim Orde Baru. Karena kegiatan jurnalistik yang berlandaskan Pancasila ini dianggap sebagai “senjata andalan” Presiden Soeharto dalam mempertahankan kekuasaannya selama 32 tahun.
Dulu PWI bersama Departemen Penerangan (Deppen) memonopoli kegiatan pers di Indonesia. Saat itu PWI di sahkan sebagai satu-satunya wadah pers di Indonesia. Bagi sebagian orang, PWI yang berlandaskan “pers Pancasila” dan “pers pembangunan” dianggap sebagai mitra pemerintah. Karena itu bukan hal yang aneh tidak ada komentar-komentar miring terhadap pemerintah saat itu. Karena Deppen dan PWI bersifat hegemonik dan berfungsi sebagai big brother bagi pers di Indonesia.
Lalu saat ini ketika rezim Orde baru runtuh, PWI seperti kehilangan taringnya. PWI tidak lagi menjadi satu-satunya wadah pers di Indonesia. Di era reformasi, begitu banyak bermunculan organisasi pers yang memilih landasan yang berbeda dengan PWI. Jika saat itu berdirinya PWI di restui oleh pemerintah, saat ini organisasi pers yang baru tidak memerlukan hal tersebut. Karena berdasarkan pasal 28 UUD 1945 yang menyangkut hak untuk berkumpul atau berserikat serta kebebasan mengeluarkan pendapat, para wartawan bebas medirikan organisasi pers. Salah satunya adalah Aliansi Jurnalis Independent.
2.      Aliansi Jurnalis Independent (AJI)
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) lahir sebagai perlawanan komunitas pers Indonesia terhadap kesewenang-wenangan rezim Orde Baru. Semuanya dimulai ketika ada pembredelan Detik, Editor dan Tempo, pada tanggal 21 Juni 1994. Ketiganya dibredel karena pemberitaannya yang tergolong kritis kepada penguasa. Tindakan represif inilah yang memicu aksi solidaritas sekaligus perlawanan dari banyak kalangan secara merata di sejumlah kota. Lalu pada tanggal 7 Agustus 1994 di Bogor, sekitar 100 orang menandatangani Deklarasi Sirnagalih. Inti deklarasi ini adalah menuntut dipenuhinya hak publik atas informasi, menentang pengekangan pers, menolak wadah tunggal untuk jurnalis, serta mengumumkan berdirinya AJI.
Berdirinya AJI memberi gaung cukup besar di dunia jurnalistik Indonesia. Tekanan terhadap para jurnalis yang terang-terangan bergabung dalam AJI sangat besar. Pemerintah melalui Deppan dan PWI melihat berdirinya AJI sebagai tantangan terbuka, yang harus ditindak keras agar tidak meluas. Berbagai tindakan “pendisiplinan” melalui pemimpin di media masing-masing pun dilakukan.
Sejak berdiri hingga saat ini, AJI memiliki kepedulian pada tiga isu utama. Inilah yang kemudian diwujudkan menjadi program kerja selama ini. Pertama, perjuangan untuk mempertahankan kebebasan pers. Kedua, meningkatkan profesionalisme jurnalis. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan jurnalis. Semua ini merujuk pada persoalan nyata yang dihadapi jurnalis.

BAB III
PENUTUP
Saat ini organisasi pers di Indonesia telah menyimpang, peranan pers sudah jauh bergeser. Secara normatif, UU No.40/1999 tentang Pers, menyebutkan bahwa fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial serta dapat pula berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sementara peranannya antara lain adalah memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong supremasi hukum dan HAM, menghormati kebhinekaan, melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran-saran yang berkaitan dengan kepentingan umum, serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Kenyataan yang ada dilapangan, terutama setelah reformasi pada tahun 1998, perubahan fungsi dan peranan pers mulai jelas terlihat. Pers perjuangan berubah menjadi pers industri, yang lebih mengutamakan keuntungan finansial dan menomor-duakan kepentingan ideal. Ini terjadi karena begitu besarnya kebebasan yang dinikmati pers.








DAFTAR PUSTAKA



NASKAH DRAMA “TELUH BROJO RONDO GIRAH” (Karya Agus Widodo)

E-THEATER CLUB
Lakon :
  1. Nini
  2. Kang Mbok
  3. Rondo Girah
  4. Ratna Manggali
  5. Joko Bahula
  6. Mpu Baradhah
  7. Ki Demang
  8. Prabu Erlangga
  9. Rakyat
  10. Yu Karti
  11. Yu Cikrak
  12. Lek Sami
Sutradara : Agus Widodo
Asisten Sutradara : Yulian D'Rayez 

(Naskah Drama pernah di Pentaskan pada Pagelaran Pentas Seni di IKIP PGRI MADIUN tahun 2011 dan Festival Kethoprak Remaja di ISI Surakarta)


ADEGAN I
Ing padepokane Rondo Girah, anak buahe wis pada nyiapake sesajen kang bakal diperloake Nyai Girah kanggo upacara Teluh.
1.    Nini                        : Kakang, aku rasane ora krasan maneh ana padhepokan kene.
Jalaran yen tak rasak-rasakke soyo suwe malah nambahi doso.
2.    Kang mbok            : Nini ojo banter-banter mengko nek nyai krungu.
3.    Nini                        Kang … cobo kae sawangen jerit tangis kawulo cilik seng ora ngerti doso, esok loro sore mati, sore loro esok mati , mulo soko kuwi kang lila nana aku bali kang…
4.    Kang mbok            : Nini sing sabar,  sing sabar nini. Eling nini marang sumpah`e awak`e dewe marang nyai Girah.
5.    Nini                        : Aku wes ora kerasan kang mbok ana padepokan kene!
6.    Kang mbok             : Elengo, sak suwene awake dewe ana padhepokane Nyai Girah, opo-opo sing awake dewe perlokake dituruti marang Nyai Girah. Sepisan maneh ojo banter-banter nini, mengko yen Nyai Girah krungu biso dadi gae.
7.    Nini                        : Tapi kang mbok.....
8.    Calon Arang          :Hem … piye? Kowe… kowe kabeh arep ninggalke        padepokan kene ha……ha……ha……
Biyen kepriye, sumpahmu marang aku.?
Kowe arep nglanggar marang janjimu . elenga suk sopo wae seng podo cumondhok ana padepokan kene ateges wea nyawiji karo reh parentahku……ngerti……?
9.    Kang mbok            Inggih nyai… kulo manut mituture printah ndika nyai…
10.    Calon Arang          Suk sopo wae seng ora kuwat utowo ora serujuk karo niat
soko wit…
Yen arep minggat, minggato yeng ora dadi bangke…
11.    Koor                       Mboten nyai…
12.    Nini                        : Pangapunten kulo nyai… pangapunten kulo nyai…
13.    Calon Arang          : Kowe kabeh ora usah wedi… aku seng bakal ngayomi kowe kabeh ora prabu Erlangga, salah sawijine sing pangayoman sing kondhang, nanging cidro ing janji.
Biyen sang prabu nate janji, sopo wae kang biso nyirep kraman kang dipandengani dening begal kecu ing tlatah blitar bakal dibayar emas picis lan yen wadon bakal dipundhut garwa, nanging… Endi nyatane, bojoku mati ing palangan, nglayat wae ora, mulo soko kuwi sang prabu,  aku Nyai Girah nagih janji…
Para kawulo kabeh…
14.    Koor                       : Inggih Nyai
15.    Calon Arang          Apa wes mbok siapake, ubi rampen seng tak perloake…
16.    Kang mbok            : Sampun Nyai ne…
17.    Calon Arang          Yen mengkono, ayo paring sesaji maring ibu betaridorgaloka
18.    Koor                       : Inggih nyai…
19.    Calon Arang          : Prabu Erlangga aja alok kelangan yen kawulomu padha loro tumekaning pati, iki minongko piwalesku marang sira kang nyidra ing janji Prabu Erlangga.
Kahuripan……Kahuripan…… ha……ha……ha……ha……
IBU BETARI DURGALOKA
Kulo nyuwun sabiyantu panjenengan ibu
Kulo nyuwun sambiyatu panjenengan ibu
Kulo nyuwun sabiyantu panjenengan ibu
Ibu betari durgaloka
Ibu betari durgaloka
Ibu betari durgaloka
Ha……ha……ha……ha………
Ha……ha……ha……ha…………
20.    Retno Manggali      : Biyong
21.    Calon Arang          : Retno Manggali arep opo kowe tekan ano papan kene
22.    Retno Manggali      : Biyong…… Aja mbok teruske anggon Biyong nebar teloh
23.    Calon Arang          : Cukup Manggali…
24.    Retno Manggali  : Ora Biyong… mesakke ake marang wong kang ora nduwe doso mbok katutake……
25.    Calon Arang           : Cukup Mangali……
Kowe ora ngerti lara tiku manggali, Erlangga yo……
Erlangga kudu nanggung dosane……… Kahuripan bakal tak obrak-abrik… Ha………ha……ha……
26.    Retno Manggali      : Ora Biyong……

27.   Calon Arang           : Apa Manggali… minggato kowe Manggali  ……
28.   Retno Manggali      : Ora  Biyong……
29.  Calon Arang           : Minggato…kowe Manggali
Kowe bocah wingi sore ngerti opo? Ayo sumingker…
30.   Retno Manggali      : Ora Biyong
31.   Calon Arang           : Piye……? Minggato Manggali…!!!!!
32.   Retno Manggali      : Biyong …… Biyong …… Biyong
33. Calon Arang     : Poro kawulaku kabeh, ayo tutno lakuku ngobrak-ngabrek  Projo Kahuripan ha...ha...ha

ADEGAN II
Ana Sakpinggire Deso Wong Wadon Leren Ngedukake Gendongane, Godhong Jati Sing Arep Digawa Menyang Pasar Kahuripan, Oncor Disendekake Karo Leren Ngombe Banyu Kendi.

ADEGAN III
Lek Sami karo kancane metu saka grumbulan sawise Nyai Girah lewat. Ora ket suwe krungu kentong titik………(tulung….tulung……tulung)

 ADEGAN IV
Ana sak ngarepe gapuro kadipaten yu Karti karo lek SSami diendek lakune karo ki Demang Prakosa.

ADEGAN V

ADEGAN VI
74. Retno Manggali      : Duh Gusti Hyang Widiwase kula nyuwun pangayoman, mugi-mugi biyung kula kaparingan pepadhang wangsul dateng margi ingkang leres. Duh Gusti, kenging menapa kakang Joko Bahula sampun dangu kakang mboten tindak dateng mriki pawartanipun gusti. 
75. J. Bahula                 : Adi Retno Manggali
75. Retno Manggali      : Oh.... Kakang Joko Bahula.............
76. J. Bahula                 : (Nembang)
Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Adi Retno Manggali mbok yo mesem sitik to..
77. Retno Manggali      : Kakang ono sajeroning atiku amung ono Kakang Joko Bahula.
78. J. Bahula                 : Amung ati pawitane....
Adi Retno Manggali apata sing ndadekake tumibane luh ana pipimu wong ayu..?
79. Retno Manggali      : Kakang Joko Bahula...menapa kakang sampun supen kaliyan Retno Manggali.
80. J. Bahula                 : Adi Retno Manggali ya merga kakang akeh jejibahan ana praja Kahuripan sing kudu bisa dak rampubgi....uga tekaku rene iki ana saperlu karo sliramu ogo karo biyungmu.
81. Retno Manggali      : Bab apa kakang ?
82. J. Bahula                 : Sepisan kakang nduweni kekarepan urip sesanding karo Adi Retno Manggali.
83. Retno Manggali      : Bener kuwi kakang ?
84. J. Bahula                 : Bener Adi Retno Manggali.
85. Retno Manggali      : Tenan kuwi kakang ???
86. J. Bahula                 : Tenan wong ayu, suwerrrrrrr.....!!!
87. Retno Manggali      : Banjur sing angka loro apa kakang ??
88. J. Bahula                 : Ya bab biyungmu, ya anggone nyebar teluh nganti ndadekake pangorbanan.
89. Retno Manggali      : Banjur aku kudu piye kakang ??
90. J. Bahula                 : Ngene adi Retno Manggali, biyungmu lak duwe pusaka sing aran sempalan kitab Tri Wedha ta ??
Coba kakang arep nyilih sadela wae.
91. Retno Manggali      : Kakang Joko Bahula... yen wis kakang ampil kitabe biyung, kakang banjur lali marang Retno Manggali.
92. J. Bahula                 : Ora....ora adi yen ora percoyo bukaken dadaku.
93. Retno Manggali      : Iya kakang, tak jupukne dhisik kitabe biyung.
Iki kakang kitabe biyung.
94. J. Bahula                 : Adi yen ngono kitab iki dak silih sawetara, gek aku tak enggal bali matur marang bapaku ben ndang enggal nglamar adi.....
95. Retno Manggali      : Iya....iya kakang....
96. Calon Arang            : Retno Manggali..........Retno Manggali........Manggali..!!!!! Sapa sing lagi teka ana papan kene ?
97. Retno Manggali      : Ora ana sapa-sapa kok biyung.
98. Calon Arang            : Piye ??? Ora ana manungsa rene ?? Kurang ajar kowe Retno Manggali.....(Biyunge banjur mlebu maneh soko jero bengak-bengok. “Lhooo....kitabku...kitabku....ilang...piye iki...piye iki...!!! Manggali.....Manggali kitabku ilang Manggali....( Calon Arang ngamuk ora karuan ngasi panggonan sing digawe pamujan di orat arit, ana nduwur pamujan). Manggali......!!! Kowe ora bisa ngapusi marang biyungmu, sapa pawongan sing mrene Manggali ??
99. Retno Manggali      : Biyung...Manggali salah biyung....
100. Calon Arang         : Sapa sing mrene Manggali ??!!!
101. Retno Manggali    : Kakang Joko Bahula.
102. Calon Arang         : Apa ??!!!! Joko Bahula anake Empu Baradhah ???!!! Terus kitabe biyung ???
103. Retno Manggali    : Aja nesu yo biyung, kakang Joko Bahula nyilih kitabe biyung.
104. Calon Arang         : Piye !!!! Mbok wulungke ??
105. Retno Manggali    : Iyo biyung, jarene mung nyilih sedela.
106. Calon Arang         : Setan kowe Manggali..!!!! Kowe mestine ngerti yen pusoko kuwi padha karo nyawane biyung. Kebangetan kowe Manggali....!!! Manggali yen ngono kowe wis ora tresna marang biyungmu, timbang urip mung dedawa wirang, sadurunge aku mati luwih becik kowe tak sampurnakake Manggali.....hiaatttttt......!!!!
107. Retno Manggali    : Biyung..... Manggali nyuwun ngapuro biyung.........
108. M. Baradhah         : Mandek Nyai....
109. Calon Arang         : Bangsat kowe kang !! Apa perlumu kowe teka ing papan padhepokanku.
110. M. Baradhah         : Nyai tekaku rene yo mung arep tilik keslametan kluargamu, angko loro atiku kok kroso ora kepenak, jebul meh wae kedadeyan raja pati, layak wong ndesa pada kena pegebluk lawong tuwane dewe tega mateni anake dewe.
111. Calon Arang         : Kakang empu Baradhah, kabeh mau ora dak selaki, pancen wis dak sengaja jalaran saka laraning atiku.
112. M. Baradhah         : Nyi...mbok yo wis anggonmu nebar teluh marang kawula sing ora ngerti apa-apa, mengko aku sing nyuwunake pangapura marang Gusti Prabu Erlangga.
113. Calon Arang         : Piye kakang ???? Nyuwun nake ngapura ??? Ora sudi aku jaluk ngapura marang dapure Erlangga. Bojoku mati sapa sing dilabuhi, banjur endi janjine, anakku nganti dadi prawan kasep ya mergo janji Erlangga semono atiku lara kang...
114. M. Baradhah         : Nyi.... aku ngerti saka behing lelakonmu, jane-jane....
115. Calon Arang         : Cukup kang !!! Kowe teka ing papan kene ora gawe pepadhange swasana, malah dadi pepalang.
116. M. Baradhah         : Karepmu iki piye ni ????
117. Calon Arang         : Cekek cukupe yen sang Prabu ora sido ngabari anakku, paraja Kahuripan bakal dan gawe karang abang.
118. M. Baradhah         : Wehh...lha ora kene dibeciki wong iki.
119. Calon Arang         : Ha..ha...ha...ha...ha.....kang, samono ugo, kowe dak anggep pepalang kudu dak sernake. Tampanana kang, hhhhhiaaaaatttttttttttttttt !!!!!
120. M. Baradhah         : Aaaaahhh!! Nya..Nyai, iki sing mungkasi lelakonmu....
121. Calon Arang         : Aduuuuuuuuhhhhhhhhh.........!!!!              
122. Retno Manggali    : Biyuuuuuuuunggggggggg.............!!!!!
123. M.Baradhah       : Duh Gusti Hyang Widi Wase, kula nyuwun pangapura, ingkang sampun nglampahi pepejah
124. Calon Arang        : Kang tulung aku jalukno pangapuro marang wong wong sing tak gawe lara, uga aku jalukna pangapura marang Prabu Erlangga.
125. M.Baradhah         : Iyo nyai, iyo.. Bakal tak suwunake pangapura marang sang Prabu Erlangga
126. Calon Arang         : Manggali biyung wes ora kuwat. Kang aku titip aaa….. (mati)
125. Retno Manggali    : Biyuuuuuuuuuuuuung!!!!
Ojo ninggalke Manggali Biyuuuung.....
126. Mpu Baradhah      : Duh sinuwun kepeksa damel pepejah sinuwun.
126. Erlangga         : Inggih, inggih Mpu Baradhah mboten dados punapa awit Calon Arang dados sukertaning Praja Kahuripan.
Marang Siro Joko Bahula lan nini Retno Manggali, gedhe darma nira mungguhing praja Kahuripan. Kanggo tandha, panarimaningsun marang siro, besuk dhedhaupaniro ingsun pangku ing Praja Kahuripan.

Cuplikan adegan terakhir Rondo Girah

(Demi keamanan, untuk mengetahui naskah asli secara lengkap, hubungi admin...)
***SELESAI***
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blog DaSaBHuMi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger