Pandangan yang bermacam-macam dari para
ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik.
Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat
mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya.
1. Charles Morrist
Mengemukakan bahwa semantik menelaah
“hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah
penerapan tanda-tanda tersebut”.
2. J.W.M Verhaar; 1981:9
Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantiks)
berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang
menyelidiki makna atau arti.
3. Lehrer; 1974: 1
Semantik adalah studi tentang makna.
Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut
menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan
dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195)
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa
terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek
dalam pengalaman dunia manusia.
5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia
Britanica, vol.20, 1996: 313)
Semantik adalah studi tentang hubungan
antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam
aktifitas bicara.
6. Dr. Mansoer pateda
Semantik adalah subdisiplin linguistik
yang membicarakan makna.
7. Abdul Chaer
Semantik adalah ilmu tentang makna atau
tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi,
gramatikal dan semantik).
Semantik mengandung pengertian studi tentang
makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik
merupakan bagian dari linguistik.
Semantik
sebenarnya merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.
Kata semantik sendiri berasal dari bahasa Yunani. Yaitu sema (kata benda) yang
berarti “menandai” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti
“menandai” atau “melambangkan”. Kemudian semantik disepakati sebagai istilah
yang digunakan dalam bidang linguistic untuk memelajari hubungan antara tanda-tanda
linguistic dengan sesuatu yang ditandainya.
Namun istilah semantik sama halnya
dengan kata semantique dalam bahasa Perancis yang diserap dari bahasa Yunani
yang diperkenalkan oleh M. Breal. Di dalam kedua istilah semantiks dan
semantique, sebenarnya semantik belum secara tegas membahas makna karena lebih
banyak membahas tentang sejarahnya.
Selain itu istilah semantik dalam
sejarah linguistic digunakan pula istilah seperti semiotika, semiologi,
semasiologi, sememik, dan semik yang merupakan bidang studi yang memelajari
makna dari suatu lambang atau tanda pada objek cakupan yang lebih luas yakni
mencakup lambang atau tanda pada umumnya. Berbeda dengan istilah sematik yang
digunakan dalam bidang studi linguistic.
Semantik di dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Inggris semantiks, dari bahasa Yunani Sema (Nomina)
‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’. Istilah tersebut
digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang
mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang
meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis) dan semantik.
Istilah semantik baru muncul pada tahun
1984 yang dikenal melalui American Philological Association ‘organisasi
filologi amerika’ dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings: A
point in Semantiks. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17 bila
dipertimbangkan melalui frase semantiks philosophy. Sejarah semantik dapat
dibaca di dalam artikel “An Account of the Word Semantiks (Word, No.4 th 1948:
78-9). Breal melalui artikelnya yang berjudul “Le Lois Intellectuelles du
Language” mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang baru dalm keilmuan, di
dalam bahasa Prancis istilah sebagai ilmu murni historis (historical semantiks).
Historical semantiks ini cenderung
mempelajari semantik yang berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa, misalnya
perubahan makna dengan logika, psikologi, dst. Karya Breal ini berjudul Essai
de Semantikskue. (akhir abad ke-19).
Reisig (1825) sebagai salah seorang ahli
klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi
tiga unsur utama, yakni etimologi, studi asal-usul kata sehubungan dengan
perubahan bentuk maupun makna; sintaksis, tata kalimat dalam semasiologi, ilmu
tanda (makna). Semasiologi sebagai ilmu baru pada 1820-1925 itu belum disadari
sebagai semantik. Istilah Semasiologi sendiri adalah istilah yang dikemukakan
Reisig. Berdasarkan pemikiran Resigh tersebut maka perkembangan semantik dapat
dibagi dalam tiga masa pertumbuhan, yakni:
1. Masa pertama, meliputi setengah abad
termasuk di dalamnya kegiatan reisig; maka ini disebut Ullman sebagai
‘Undergound’ period.
2. Masa Kedua, yakni semantik sebagai
ilmu murni historis, adanya pandangan historical semantiks, dengan munculnya
karya klasik Breal(1883)
3. Masa perkembangan ketiga, studi makna
ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia Gustaf Stern (1931) yang
berjudul “Meaning and Change of Meaning With Special Reference to the English
Language Stern melakukan kajian makna secara empiris
Semantik dinyatakan dengan tegas sebagai
ilmu makna, baru pada tahun 1990-an dengan munculnya Essai de semantikue dari
Breal, yang kemudian pada periode berikutnya disusul oleh karya Stern. Tetapi,
sebelum kelahiran karya stern, di Jenewa telah diterbitkan bahan, kumpulan
kuliah dari seorang pengajar bahasa yang sangat menentukan perkembangan
linguistik berikutnya, yakni Ferdinand de Saussure, yang berjudul Cours de
Linguistikue General. Pandangan Saussure itu menjadi pandangan aliran strukturalisme.
Menurut pandangan strukturalisme de Saussure, bahasa merupakan satu sistem yang
terdiri atas unsur-unsur yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan
(the whole unified). Pandangan ini kemudian dijadikan titik tolak penelitian,
yang sangat kuat mempengaruhi berbagai bidang penelitian, terutama di Eropa.
Pandangan semantik kemudian berbeda
dengan pandangan sebelumnya, setelah karya de Saussure ini muncul. Perbedaan
pandangan tersebut antara lain:
1. Pandangan historis mulai ditinggalkan
2. Perhatian mulai ditinggalkan pada
struktur di dalam kosa kata,
3. Semantik mulai dipengaruhi stilistika
4. Studi semantik terarah pada bahasa
tertentu (tidak bersifat umum lagi)
5. Hubungan antara bahasa dan pikira
mulai dipelajari, karena bahasa merupakan kekuatan yang menetukan dan
mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan dari ide ini terhadap SapirWhorf,
1956-Bahasa cermin bangsa).
6. Semantik telah melepaskan diri dari
filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak membantu perkembangan semantik (perhatikan
pula akan adanya semantik filosofis yang merupakan cabang logika simbolis.
Pelajari lebih lanjut tentang Semantik dan Disiplin Ilmu yang lain di sini.
No comments:
Post a Comment